Posted by Yono Purnama Saturday, October 1, 2011


Maaf temen2 aku Cuma dapat segini… contoh industrynya pun belum ketemu

Nama senyawa        : etil metil eter
Rumus molekul       : C3H8O

    H  H     H
     I   I       I
H-C-C-O-C-H
     I   I       I
    H  H     H
 
Rumus Struktur       :



Latar belakang senyawa
Pada tahun 1828, Federick Wohler, seorang ahli kimia kebangsaan Jerman, berhasil membuat urea ketika memanaskan larutan amonium sianat. Dengan penemuan tersebut, anggapan bahwa senyawa organik harus berasal dari senyawa organik telah dipatahkan. Meski begitu penggolongan senyawa ke dalam organik dan senyawa anorganik tetap dipertahankan. Akan tetapi, penggolongan tersebut kini lebih ditekankan pada sifat-sifat senyawa, bukan lagi pada sumbernya. Sejak penemuan Wohler, jutaan senyawa karbon organik telah dapat dibuat di laboratorium, senyawa hidrokarbon turunan alkana setidaknya telah diklasifikasi, yaitu alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat, dan ester. Eter dan alkohol, keduanya mempunyai rumus umum yang sama. Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Pemberian nama eter menurut IUPAC, yaitu dengan menyebut kedua gugus berikatan dengan oksigen dan ditambah eter dibelakangnya.
Contoh           : CH3-CH2-O-CH3
                          etil metil eter
Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil eter atau etoksietana yang dalam kehidupan sehari-hari kegunaan utamanya sebagai pelarut dan obat bius (anestesi) dalam operasi. Eter juga sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
Sifat Fisik Etil Metil Eter
Ikatan eter (R-O-R’) tidak membentuk sudut 180 derajat sehingga momen dipolnya tidak saling meniadakan. Oleh karena itu, eter masih mempunyai momen dipol (momen dipol dietil eter 1,18D). Kecilnya momen dipol tidak banyak mempengaruhi titik didihnya, dimana titik didih eter kurang lebih sama dengan senyawa alkana yang mempunyai massa molekul relatif sama. Sebagai contoh, titik didih n-butana (17°C), etil metil eter (20°C), dan etanol (78°C). Ikatan hidrogen menyebabkan alkohol terikat lebih kuat, sedangkan pada eter tidak terjadi ikatan hidrogen. Etil metil eter masih dapat larut dalam air, tetapi ada juga eter yang tidak mudah larut dalam air, misalnya dimetil eter. Etil metil eter berwujud gas, berbau seperti obat, dan tidak berwarna. Senyawa ini juga termasuk golongan senyawa yang mudah terbakar, korosif, dan bersifat toksik.
Sifat kimia etil metil eter
a.    Reaksi pembakaran
2C2H3-O-CH3   + 9O2 →  6CO2 + 8H2O
b.    Reaksi dengan logam aktif
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi terhadap logam natrium
C3H7OH + Na                 C3H7ONa + ½H2
C2H3-O-CH3 + Na                      (tidak bereaksi)
c.    Reaksi dengan PCl5
 C2H3-O-CH3 + PCl5 → C2H3-Cl + CH3-Cl + POCl3
d.    Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)
Dengan asam halida terbatas:
 C2H3-O-CH3 + HI → C2H3-OH + CH3-I
Dengan asam halida berlebih:
C2H3-O-CH3 + 2HI → C2H3-l + CH3-I + H2O
Proses Pembuatan
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R'-X → R-O-R' + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupun sulfonat. Metode ini biasanya tidak bekerja dengan baik dengan aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer. Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpaparan dengan anion alkoksida yang sangat basa.
Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh karena fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida, membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya melalui mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- → C6H5-O- + H2O
C6H5-O- + R-X → C6H5OR
Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.


Daftar Pustaka
Purba, Michael.2007.Kimia untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga
Purba, Michael.2007.Kimia untuk SMA Kelas XII.Jakarta:Erlangga
Riswiyanto,2009.Kimia Organik. Jakarta:Erlangga

Website:

gas Ensiklopedia


CH3-CH2-O-CH3
Methoxyethane
Nomor CAS: 540-67-0
UN1039

; Metil etil eter; Methoxyethane;


utama aplikasi
Industri
aplikasi


Tidak ada aplikasi industri tertentu atau signifikan bagi methoxyethane telah ditemukan.
Atas halaman
gas Properti
Berat molekul
Molekul berat: 60 g / mol
fase padat
Titik lebur: -139 ° C
fase cair
densitas cairan relatif (Air = 1): 0,72
Titik didih: 7.4 ° C
Tekanan uap (pada 20 ° C atau 68 ° F): 1,6 bar
titik kritis
Kritis suhu: 165 ° C
fase gas
Spesifik gravitasi (udara = 1): 1,9
bermacam-macam
Autoignition suhu: 190 ° C
Kembali untuk memilih unit
Atas halaman
Safety Data Sheet
Safety Data Sheet (SDS) mencakup informasi tentang bahan produk, sifat fisik dan kimia, efek potensial terhadap toksikologi dan ekologi, identifikasi bahaya, penanganan dan penyimpanan instruksi, serta rekomendasi perlindungan personil dan informasi yang berhubungan dengan kebutuhan transportasi, pertolongan pertama dan darurat proses.

Atas halaman
Bahaya utama
mudah terbakar di udara batas (STP kondisi): 2-10,1% vol
Atas halaman
Pemilihan unit
Anda dapat memilih unit di mana nilai-nilai yang ditampilkan. Secara default, satuan SI yang dipilih.

0 comments

Post a Comment